·
Pengalaman Stress Negatif
Salah satu stress negative yang saya pernah alami pada
saat saya menginjak bangku SMP. Dimana orang tua saya menyekolahkan saya di
asrama (boarding school a.k.a pesantren). Sebelum saya benar-benar
mengalami bagaimana tinggal di asrama, saya pikir tinggal di asrama itu mudah
saja. Hanya jauh dari orang orang tua yang mana memang saya sering di tinggal
orang tua karena urusan pekerjaan. Tapi ternyata faktanya sangatlah berbeda
rasanya.
Pertama kali orang tua dan adik-adik saya mengantar
dan meninggalkan saya di asrama. Saat itulah perasaan saya mulai berkecamuk. Saya
mulai merasa takut dan cemas akan di tinggal oleh orang tua untuk waktu yang
cukup lama. Karena jarak antara asrama dan rumah saya sekita 5 jam perjalan,
sehingga tidak memungkinkan jika orang tua saya harus pulang-pergi setiap hari
mengunjungi saya. Tapi saya memaksa
meminta mereka untuk menjenguk saya satu minggu sekali minimal.
Dan ternyata
saat-saat pertama di asrama itu waktu terasa begitu lama. Oiya, saya
lupa menyampaikan bahwa tadinta yang saya dengar bahwa di asrama boleh membawa handphone dan diberi waktu untuk
pulang sebulan sekali. Saya pun akhirnya membawa handphone. Namun ternyata ada
peraturan bahwan satri tidak boleh membawa handphone. Saya pun semakin merasa
terkekang dan cemas karena saya membawa handphone. Lalu saya menyembunyikan hp
tersebut di dalam sebuah koper.
Setiap pagi
yang saya lakukan adalah menelpon Mama sambil berderaian air mata. Mengatakan bahwa
saya tidak betah dan sebagainya. saya merasa
galau, stress dan merasa tidak bisa berkonsentrasi untuk mengerjakan
sesuatu.
·
Pengalaman Stress Positif
Stress positif
yang saya alami adalah pada waktu awal duduk di bangku kuliah. Saya merasa
kaget dengan dunia luar setelah 6 tahun menjalani hidup di asrama (agak lebay
si hahahah). Saat itu ada satu dosen yang memberikan tugas kelompok. Awal-awal
masuk bangku kuliah tentu kita belum tau bagaimana karakter teman-teman kita. Waktu
itu, di kelompok saya seperti tidak ada yang berinisiatif untuk mengerjakan
tugas kelompok tersebut. Sampai pada malam hari dimana besoknya adalah hari
dimana tugas itu di kumpulkan saya pun panik karena makalah yang saya buat
belum selesai. Saya sudah mencoba meengingatkan kelompok tetapi seperti tidak
ada yang menggubris ataupun berusaha mencarikan solusinya. Saya sempat cemas
dan kesal pastinya, tapi akhirnya saya mengambil hikmahnya dan menganggap itu
semua sebagai tantangan. Karena dengan mengerjakan makalh itu siapa tahu kita
bisa terlatih mengerjakan makalah-makalah lainnya. Dan itu hikmah yang saya dapat dan tidak di dapat
oleh teman-teman saya pada saat itu.
saya dulu masa sekolah asrama pasti menelefon orang tua kerana rindu walaupun masih sekolah dalam negeri yang sama :)
ReplyDelete