Thursday, March 29, 2012


“saya percaya bahwa setiap manusia memiliki akal budi. Dengan bekal yang sangat berharga ini, manusia mampu menentukan setiap langkah dalam kehidupannya: apakah akan maju, mundur atau malah menyimpang? Akal budi yang baik akan mengarahkan manusia ke jalan yang lurus. Mungkin pada suatu saat manusia akan mundur atau menyimpang salah jalan. Tetapi akal budi inilah yang akan berupaya meluruskan kembali jalan hidup kita.
Akal budi ini adalah anugerah terbesar dari Tuhan untuk manusia. Inilah yang membedakan kita dengan hewan atau bahkan dengan tumbuhan. Dengannya kita dapat mempelajari dan mendalami keimanan. Dengan iman inilah manusia dengan akal budinya mampu mengenali Tuhan.
Tetapi banyak orang yang tertipu karena keterbatasan akal budinya dan menganggap pikiran manusia berseberangan dengan iman. Tetapi yang benar adalah iman itu sebagai penuntun akal budi agar perjalanan hidup manusia tidak menyimpang alias salah jalan. Dan dengan akal budi kita dapat memperdalam iman. Dengan iman, manusia mampu mengenal Tuhan dan berjalan lurus menuju kepada-Nya.
Jadi mana yang harus dirunut terlebih dahulu? Akal budi atau iman? Semoga kita tidak terjebak dengan polemik mana dulu antara telor dengan ayam, karena akal budi dan iman itu berjalan beriringan dan saling melengkapi.” ß syeikh google

AKHLAK (BUDI PEKERTI)

1.      AKHLAK DAN IHSAN

a. Akhlak

            Akhlak secara etimologis adalah perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. Adapun arti akhlak menurut Sosiologis di Indonesia adalah akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya.
            Adapun perbandingan Al-Quran Surat Al-Qalam ; 4 dan Asy Syu’ra ; 137.
الْأَوَّلِينَ خُلُقُ إِلَّا هَذَا إِنْ
“(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang terdahulu.” (Q.S Asy Syu’ara : 137)
            “(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang terdahulu.” (Q.S. Al-Qalam : 4).


            “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Asy-Syu’ara : 137).
            Akhlak dapat diteruskan atau dididikkan melalui dua pendekatan, yaitu :
1.      Rangsangan jawaban (stimulus-response) atau ang disebut proses menkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.       Melalui latihan
b.      Melalui tanya jawab
c.       Melalui mencontoh
2.      Kognitif yaitu penyimpaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan atara lain sebagai berikut :
a.       Melalui da’wah
b.      Melalui ceramah
c.       Melalui diskusi, dll
            Akhlakul karimah adalah pola perilaku yang dilandaskan pada dan memanifestasikan nilai-nilai iman, Islam dan Ihsan. Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang ihsan disebut muhsin, berarti prang yang berbuat baik.
            Perbuatan-perbuatan dalam Al-Quranul Karim kata-kata ihsan, antara lain :
a.       Berinfaq
b.      Sabar

الْمُحْسِنِينَ أَجْرَ يُضِيعُ لاَ اللّهَ فَإِنَّ وَاصْبِرْ
“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S Hud : 115)
c.       Jihad
d.      Taqwa
            Dengan demikian akhlak dan ihsan adalah dua pranata yang berbeda pada suatu sistem yang lebih besar (akhlakul karimah). Dengan kata lain perkataan akhlak adalah pranata perilaku yang mencerminkan stuktur dan pola perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan, sedangkan ihsan adalah pranata nilai yang menentukan atribute kualitatif daripada pribadi (akhlak). Jadi akhlak yang berkualitas ihsan adalah akhlakul karimah.
Dan orang yang melakukan akhlakul karimah disebut muhsin.

b. Perbedaan Akhlak dan Etika
            Etika adalah sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok orang, yang tersusun dari sistem nilai atau norma yang diambil dari gejala-gejala alamiah dalam kelompok tersebut. Etika tidak bersifat universal, karena keragaman masyarakat yang tersebar. Sehingga sistem etika dapat bersifat bebas nilai (value free), khususnya nilai sakral. Dan etika sama sekali tidak ada  hubungannya dengan hablum minallah, yang membuatnya sangat berbeda dengan akhlak, yang berasal langsung dari Allah SWT.


I.      NILAI DAN NORMA

Pengertian Nilai dan Norma
            Nilai merupakan seperangkat keyakinan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, maupun perilaku.
            Sementara sistem nilai adalah ketentuan umum yang merupakan pendekatan kepada hakikat filosofi dari keyakinan, sentimen, dan identitas. Sistem nilai ada yang bersiat Ilahi dan normatif, dan bersifat duniawi.
            Kalau nilai merupakan keyakinan, sentimen, dan atau identitas yang bersifat umum, maka penjabarannya dalam bentuk formula, peraturan, atau ketentuan pelaksanaannya disebut norma. Norma dirumuskan berdasarkan kenyataan yang berlaku.

Sumber Nilai dan Norma
Sumber nilai dan norma dapat disimpulkan :
1.   Nilai yang Ilahi                             : Al Qur’an dan sunnah
2.   Nilai yang duniawi                        : Ra’yu (pikiran), adat-istiadat, dan kenyataan alam
Contoh-contoh nilai yang berasal dari Al Qur’an dan sunnah antara lain ;
-          Nilai yang berasal dari Al Qur’an       : perintah shalat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya
-          Nilai yang berasal dari sunnah            : thaharah, tata cara  solat, dan sebagainya
Untuk yang fardhu kifayah :
-          Mengubur jenazah
-          Yang bersumber kepada Ra’yu : memberkan penafsiran dan penjelasan terhadap alqur’an dan sunnah, hal yang berhubungan dengan kemasyarakatanyang tidak di atur oleh Al-Qur’an dan Sunnah dsb.
-          Yang bersumber kepada adapt-istiadat : tatacara komunikasi , interkasi sesame manusia
-          Yang bersumber kepada kenyataan alam : tatacara berpakaian, tatacara makan

Pengaruh terhadap Tingkah Laku
Pengaruh sistem nilai dan norma kepada perilaku tergantung pada :
1.   Keyakinan yang menyeluruh terhadap sistem nilai dan norma
2.   Daya serap dari  individu dan masyarakat dalam penggunaan sistem nilai dan norma
3.   Ada atau tidaknya pengaruh interdependensi dan sistem nilai dan norma yang lain
4.   Kondisi fisiologis seseorang
5.   Kondisi psikologis
6.   Kondisi fisik
7.   Halangan karena tidur

Di antara factor-faktor pada dasarnya merupakan kewajiban yang mutlak, kecuali dengan beberapa gangguan, ini tidak dapat dihindari. Penolakan perilaku ibadah apabila di lakukan secara sadar maka orang tersebut tergolong kafir yang tertutup hatinya .

II.   AKHLAKUL KARIMAH

Contoh-contoh perbuatan yang mencerminkan akhlakul karimah :
1.      Akhlak yang berhubungan dengan Allah
-          Mentauhidkan Allah, sebagaimana tertulis dalam surat Al Ikhlas
-          Taqwa
-          Berdoa
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S Al A’raf : 55)
-          Dzikrullah
-          Tawakkal

2.      Akhlak terhadap diri sendiri
-          Sabar
-          Syukur
-          Tawadhu’ (rendah hati dan tidak sombong)
-          Benar
-          Iffah (menahan diri dari melakukan yang terlarang)
-          Hilmun (menahan diri dari marah)
-          Amanah (jujur)
-          Syaja’ah (berani karena benar)
-          Kana’ah (merasa cukup dengan apa yang ada)

3.      Akhlak terhadap keluarga
-          Birrul walidain (berbakti kepada orang tua)
واعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (Q.S An Nisa : 36)
-          Adil terhadap saudara
-          Membina dan mendidik keluarga
-          Memelihara keturunan

4.      Akhlak terhadap masyarakat
-          Ukhuwah (persaudaraan)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S Al Hujuraat : 10)
-          Ta’awun (tolong-menolong)
-          Adil
-          Pemurah
-          Penyantun
-          Pemaaf Ali
-          Menepati janji
-          Musyawarah
-          Wasiat di dalam kebenaran

5.      Akhlak terhadap alam
-          Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam
-          Memanfaatkan alam

Istighfar dan Taubat
            Manusia dilahirkan dalam keadaan suci tidak berdosa, sesuai dengan Al Qur’an surat Ar Ruum ayat 30 berikut
 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yanglurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S Ar Rum : 30)
            Kecenderungan fitrah manusia adalah haniif (selalu cenderung untuk berbuat baik). Seseorang dinilai berdosa adalah karena pelanggaran yang dilakukannya. Seorang muslim diperintahkan agar selalu berusaha menghapus dosa.
Bentuk  pelaksanaan usaha menghapuskan dosa, antara lain dengan jalan :
1.      Untuk menghapuskan dosa yang berhubungan langsung dengan Allah SWT dan dipandang sebagai dosa besar yaitu dengan cara istighfar, artinya ingat dan memohon ampun kepada Allah. Istighfar ini dianjurkan pleh Rasul setiap habis solat 3 kali dan setiap ingat perbuatan dosa kecil yang telah di lakukan.
2.      Untuk menghapuskan dosa besar yang berhubungan langsung dengan Allah SWT yaitu dengan cara taubat. Dosa besar adalah setiap bentuk perbuatan yang dilarang secara tegas oleh Allah SWT dengan diberikan ancaman siksa, seperti
·         Syirik (menyekutukan Allah)
·         Menyakiti orang tua
·         Zina
·         Murtad (keluar dari Islam)
3.      Untuk menghapuskan dosa yang ada kaitannya dengan manusia lain yaitu dengan cara ishlah atau perdamaian dengan manusia yang dirugikan
4.      Untuk menghilangkan dosa besar tertentu yang dituntut untuk melakukan kifarat disamping taubat atau mengganti, seperti :
·         Bersetubuh pada siang hari di bulan Ramadhan à kifaratnya dengan memerdekakan budak, atau jika tidak bisa maka berpuasa dua bulan berturut-turut , atau jika tidak bisa maka memberi makan 60 orang miskin. (H.R Bukhari)
·         Membunuh à “….dan barang siapa yang membunuh orang mukmin karena tersalah hendaklah ia memerdekakan hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang di serahkan kepada keluarganya (si terbunuh), … dan jika ia (si terbunuh) adalah orang kafir yang ada perjanjian damai anatar mereka dengan kamu maka hendaklah si pembunuh pun melakukan sama seperti apa yang di lakukan jika si terbunuh seorang mukmin….” (Q.S. Al-Maidah : 89)
·         Sumpah palsu
·         Mengharamkan istri dan menyamakan dengan ibu sendiri
            Pelaksanaan taubat yang baik adalah memohon ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh dengan syarat telah benar-benar berhenti dari dosa tersebut, menyesal atas perbuatan dosa dan berjanji tidak mengulangi dosa tersebut. Taubat yang demikian disebut taubat nasuha.
a.      Cara-cara peningkatan akhlak
      Usaha peningkatan akhlak ke arah akhlakul karimah dapat dilakukan dengan cara :
1.      Dengan melakukan  ibadah khusus
2.      Dzikir
3.      Tafakur (merenung)
4.      Membiasakan diri untuk melaksanakan kebajikan dan menjauhkan kemungkaran, atau dengan kata lain memelihara agama
5.      Berakhlak sebagaimana akhlak Allah (mengidentifikasikan diri dengan sifat-sifat Allah yang tergambar dalam asmaul husna)
6.      Berdoa, sebagaimana dalam firman Allah pada Al Qur’an surat Al A’raf ayat 55, yaitu
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S Al A’raf : 55)