AKHLAK
(BUDI PEKERTI)
1.
AKHLAK DAN IHSAN
a.
Akhlak
Akhlak
secara etimologis adalah perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang
dibuat. Adapun arti akhlak menurut Sosiologis di Indonesia adalah akhlak secara
kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai
sebagai landasannya.
Adapun
perbandingan Al-Quran Surat Al-Qalam ; 4 dan Asy Syu’ra ; 137.
الْأَوَّلِينَ خُلُقُ إِلَّا هَذَا
إِنْ
“(Agama
kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang terdahulu.” (Q.S
Asy Syu’ara : 137)
“(Agama
kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang terdahulu.” (Q.S. Al-Qalam :
4).
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Asy-Syu’ara :
137).
Akhlak
dapat diteruskan atau dididikkan melalui dua pendekatan, yaitu :
1.
Rangsangan jawaban
(stimulus-response) atau ang disebut proses menkondisi sehingga terjadi
automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.
Melalui latihan
b.
Melalui tanya jawab
c.
Melalui mencontoh
2.
Kognitif yaitu
penyimpaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan atara lain sebagai
berikut :
a.
Melalui da’wah
b.
Melalui ceramah
c.
Melalui diskusi, dll
Akhlakul karimah adalah pola
perilaku yang dilandaskan pada dan memanifestasikan nilai-nilai iman, Islam dan
Ihsan. Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang ihsan disebut muhsin, berarti
prang yang berbuat baik.
Perbuatan-perbuatan dalam Al-Quranul
Karim kata-kata ihsan, antara lain :
a.
Berinfaq
b.
Sabar
الْمُحْسِنِينَ أَجْرَ يُضِيعُ لاَ اللّهَ فَإِنَّ
وَاصْبِرْ
“Dan bersabarlah, karena
sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (Q.S Hud : 115)
c.
Jihad
d.
Taqwa
Dengan demikian akhlak dan ihsan
adalah dua pranata yang berbeda pada suatu sistem yang lebih besar (akhlakul
karimah). Dengan kata lain perkataan akhlak adalah pranata perilaku yang
mencerminkan stuktur dan pola perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan,
sedangkan ihsan adalah pranata nilai yang menentukan atribute kualitatif
daripada pribadi (akhlak). Jadi akhlak yang berkualitas ihsan adalah akhlakul
karimah.
Dan
orang yang melakukan akhlakul karimah disebut muhsin.
b. Perbedaan Akhlak dan Etika
Etika adalah sebuah pranata perilaku seseorang atau
sekelompok orang, yang tersusun dari sistem nilai atau norma yang diambil dari
gejala-gejala alamiah dalam kelompok tersebut. Etika tidak bersifat universal,
karena keragaman masyarakat yang tersebar. Sehingga sistem etika dapat bersifat
bebas nilai (value free), khususnya
nilai sakral. Dan etika sama sekali tidak ada
hubungannya dengan hablum minallah, yang membuatnya sangat berbeda
dengan akhlak, yang berasal langsung dari Allah SWT.
I. NILAI
DAN NORMA
Pengertian
Nilai dan Norma
Nilai merupakan seperangkat keyakinan yang diyakini
sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola
pemikiran, perasaan, keterikatan, maupun perilaku.
Sementara sistem nilai adalah ketentuan umum yang
merupakan pendekatan kepada hakikat filosofi dari keyakinan, sentimen, dan
identitas. Sistem nilai ada yang bersiat Ilahi dan normatif, dan bersifat
duniawi.
Kalau nilai merupakan keyakinan, sentimen, dan atau
identitas yang bersifat umum, maka penjabarannya dalam bentuk formula,
peraturan, atau ketentuan pelaksanaannya disebut norma. Norma dirumuskan
berdasarkan kenyataan yang berlaku.
Sumber
Nilai dan Norma
Sumber nilai dan norma dapat
disimpulkan :
1.
Nilai yang Ilahi : Al Qur’an dan
sunnah
2.
Nilai yang duniawi : Ra’yu (pikiran), adat-istiadat,
dan kenyataan alam
Contoh-contoh nilai yang
berasal dari Al Qur’an dan sunnah antara lain ;
-
Nilai yang berasal dari
Al Qur’an : perintah shalat, zakat,
puasa, haji, dan sebagainya
-
Nilai yang berasal dari
sunnah : thaharah, tata
cara solat, dan sebagainya
Untuk
yang fardhu kifayah :
-
Mengubur jenazah
-
Yang bersumber kepada
Ra’yu : memberkan penafsiran dan penjelasan terhadap alqur’an dan sunnah, hal
yang berhubungan dengan kemasyarakatanyang tidak di atur oleh Al-Qur’an dan
Sunnah dsb.
-
Yang bersumber kepada
adapt-istiadat : tatacara komunikasi , interkasi sesame manusia
-
Yang bersumber kepada
kenyataan alam : tatacara berpakaian, tatacara makan
Pengaruh
terhadap Tingkah Laku
Pengaruh sistem nilai dan norma
kepada perilaku tergantung pada :
1.
Keyakinan yang
menyeluruh terhadap sistem nilai dan norma
2.
Daya serap dari individu dan masyarakat dalam penggunaan
sistem nilai dan norma
3.
Ada
atau tidaknya pengaruh interdependensi dan sistem nilai dan norma yang lain
4.
Kondisi fisiologis
seseorang
5.
Kondisi psikologis
6.
Kondisi fisik
7.
Halangan karena tidur
Di antara factor-faktor pada dasarnya merupakan
kewajiban yang mutlak, kecuali dengan beberapa gangguan, ini tidak dapat
dihindari. Penolakan perilaku ibadah apabila di lakukan secara sadar maka orang
tersebut tergolong kafir yang tertutup hatinya .
II. AKHLAKUL
KARIMAH
Contoh-contoh perbuatan yang
mencerminkan akhlakul karimah :
1.
Akhlak yang berhubungan
dengan Allah
-
Mentauhidkan Allah,
sebagaimana tertulis dalam surat
Al Ikhlas
-
Taqwa
-
Berdoa
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ
لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu
dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S Al
A’raf : 55)
-
Dzikrullah
-
Tawakkal
2.
Akhlak terhadap diri
sendiri
-
Sabar
-
Syukur
-
Tawadhu’ (rendah hati
dan tidak sombong)
-
Benar
-
Iffah (menahan diri dari
melakukan yang terlarang)
-
Hilmun (menahan diri
dari marah)
-
Amanah (jujur)
-
Syaja’ah (berani karena
benar)
-
Kana’ah (merasa cukup
dengan apa yang ada)
3.
Akhlak terhadap keluarga
-
Birrul walidain
(berbakti kepada orang tua)
واعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ
تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ
وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ
اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri” (Q.S An Nisa : 36)
-
Adil terhadap saudara
-
Membina dan mendidik
keluarga
-
Memelihara keturunan
4.
Akhlak terhadap
masyarakat
-
Ukhuwah (persaudaraan)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا
بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang
mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
(Q.S Al Hujuraat : 10)
-
Ta’awun
(tolong-menolong)
-
Adil
-
Pemurah
-
Penyantun
-
Pemaaf Ali
-
Menepati janji
-
Musyawarah
-
Wasiat di dalam
kebenaran
5.
Akhlak terhadap alam
-
Memperhatikan dan
merenungkan penciptaan alam
-
Memanfaatkan alam
Istighfar
dan Taubat
Manusia
dilahirkan dalam keadaan suci tidak berdosa, sesuai dengan Al Qur’an surat Ar Ruum ayat 30
berikut
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yanglurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S
Ar Rum : 30)
Kecenderungan fitrah manusia adalah haniif (selalu
cenderung untuk berbuat baik). Seseorang dinilai berdosa adalah karena
pelanggaran yang dilakukannya. Seorang muslim diperintahkan agar selalu
berusaha menghapus dosa.
Bentuk pelaksanaan usaha menghapuskan dosa, antara
lain dengan jalan :
1.
Untuk menghapuskan dosa
yang berhubungan langsung dengan Allah SWT dan dipandang sebagai dosa besar
yaitu dengan cara istighfar, artinya ingat dan memohon ampun kepada Allah.
Istighfar ini dianjurkan pleh Rasul setiap habis solat 3 kali dan setiap ingat
perbuatan dosa kecil yang telah di lakukan.
2.
Untuk menghapuskan dosa
besar yang berhubungan langsung dengan Allah SWT yaitu dengan cara taubat. Dosa
besar adalah setiap bentuk perbuatan yang dilarang secara tegas oleh Allah SWT
dengan diberikan ancaman siksa, seperti
·
Syirik (menyekutukan
Allah)
·
Menyakiti orang tua
·
Zina
·
Murtad (keluar dari
Islam)
3.
Untuk menghapuskan dosa
yang ada kaitannya dengan manusia lain yaitu dengan cara ishlah atau perdamaian
dengan manusia yang dirugikan
4.
Untuk menghilangkan dosa
besar tertentu yang dituntut untuk melakukan kifarat disamping taubat atau
mengganti, seperti :
·
Bersetubuh pada siang
hari di bulan Ramadhan à
kifaratnya dengan memerdekakan budak, atau jika tidak bisa maka berpuasa dua
bulan berturut-turut , atau jika tidak bisa maka memberi makan 60 orang miskin.
(H.R Bukhari)
·
Membunuh à
“….dan barang siapa yang membunuh orang mukmin karena tersalah hendaklah ia
memerdekakan hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang di serahkan
kepada keluarganya (si terbunuh), … dan jika ia (si terbunuh) adalah orang
kafir yang ada perjanjian damai anatar mereka dengan kamu maka hendaklah si
pembunuh pun melakukan sama seperti apa yang di lakukan jika si terbunuh
seorang mukmin….” (Q.S. Al-Maidah : 89)
·
Sumpah palsu
·
Mengharamkan istri dan
menyamakan dengan ibu sendiri
Pelaksanaan taubat yang baik adalah memohon ampun kepada
Allah dengan sungguh-sungguh dengan syarat telah benar-benar berhenti dari dosa
tersebut, menyesal atas perbuatan dosa dan berjanji tidak mengulangi dosa
tersebut. Taubat yang demikian disebut taubat nasuha.
a.
Cara-cara peningkatan akhlak
Usaha peningkatan akhlak ke arah akhlakul karimah dapat
dilakukan dengan cara :
1.
Dengan melakukan ibadah khusus
2.
Dzikir
3.
Tafakur (merenung)
4.
Membiasakan diri untuk
melaksanakan kebajikan dan menjauhkan kemungkaran, atau dengan kata lain
memelihara agama
5.
Berakhlak sebagaimana
akhlak Allah (mengidentifikasikan diri dengan sifat-sifat Allah yang tergambar
dalam asmaul husna)
6.
Berdoa, sebagaimana
dalam firman Allah pada Al Qur’an surat Al A’raf ayat 55, yaitu
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ
لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S Al
A’raf : 55)